GENERASI RASA STRAWBERRY

27 08 2023
Strawberry 🍓

Yummy! Ngebayangin lagi cuaca panas terik makan es krim float yang kuncupnya ditaroin buah yang satu ini dijamin auto ngiler. Adem. Buah merah jerawatan ini emang juara kalo urusan rasa. Dari es krim hingga sirup, selalu ada varian rasa dan warnanya.

Namun, gimana jadinya kalo rasa strawberry (selajutnya ditulis ‘stroberi’) ini nempel pada diri remaja? Nah lho emang ada? Hari ini, apa sih yang gak ada. Simak ulasan buletin Teman Surga kesayanganmu kali ini. Kuy!

Apa Itu Generasi Stroberi?

Istilah “generasi stroberi” diciptakan oleh sosiolog Australia, Paul Hirst pada tahun 1978. Istilah ini pertama kali muncul dalam buku karangannya berjudul The Graying Of The Greens: Demographic Change And Political Realignment In Australia (1978). Paul Hirst berpendapat bahwa ada tiga generasi utama yang hadir dalam masyarakat Australia; Baby Boomer, Generasi X dan apa yang ia sebut sebagai “Generasi Stroberi” (mereka yang lahir antara tahun 1970 – 1980).

Generasi Stroberi adalah generasi muda yang kreatif dan memiliki banyak ide cemerlang, tapi mudah hancur ketika mendapat tekanan sosial. Mereka menjadi tidak mau bekerja keras karena menyerah dengan tekanan yang ada. Istilah ini biasanya merujuk pada generasi di bawah milenial yang dianggap lunak seperti buah stroberi. Indah tapi lemah.

Pastinya generasi stroberi ini nongol ke dunia bukan karena unsur genetis alias keturunan ya, Tapi pengaruh dari lingkungan yang membentuk karakter mereka. Usut punya usut, di antaranya ada tiga hal yang menjadi penyebab munculnya generasi stroberi, yaitu:

Self diagnosis (mendiagnosis diri sendiri) terlalu dini tanpa melibatkan pihak yang ahli. Terutama remaja, paling doyan membanding-bandingkan gaya hidup flexing yang bertebaran di media sosial dengan keadaan dirinya. Kemampuan gak punya, tapi jiwa pengen sosialita. Tanpa sadar, jadi ngerasa minder, tertekan, stress hingga depresi. Kalo udah gitu, ogah nyari solusi malah cenderung lari dari setiap masalah yang dihadapi.

Pola pengasuhan orang tua yang kerap memanjakan remaja. Terutama kalo keluarganya berada secara ekonomi. Nggak pengen anaknya hidup sengsara seperti yang mungkin pernah dialaminya sebelum sejahtera seperti saat ini.

Perkataan orang tua yang sering ngasih label anaknya “moody”alias mudah mengalami perubahan suasana hati. Akibatnya kebawa sampai dewasa. Mau ngerjain apapun, tergantung pada mood. Endingnya, kebanyakan mager daripada produktif.

Indah Tapi Lemah

Gak bisa bohong kalo kehadiran generasi stroberi punya nilai keunikan tersendiri. Era keterbukaan dan hidup dalam kepungan teknologi turut membentuk karakter positif yang indah dan patut dibanggakan, di antaranya:

Menyukai Tantangan.Generasi Stroberi menyukai tantangan karena dianggap mampu menguji dan mengasah kemampuan mereka. Hal ini sangat berguna untuk pengembangan karier mereka di masa mendatang agar bisa menjadi seorang yang profesional.

Tidak Takut Menyampaikan Pendapat. Generasi Stroberi tidak takut untuk menyampaikan pendapatnya. Kadang tanpa pikir panjang akibatnya. Speak up aja selama dia pikir akan membawa kebaikan untuk dirinya dan circle persahabatannya.

Mengikuti Perkembangan Zaman. Generasi Stroberi hampir mirip dengan generasi milenial dan gen Z yang mengikuti perkembangan zaman. Mereka aktif menggunakan internet dan lincah menggunakan teknologi terkini.

Generasi Stroberi memiliki pemikiran yang kreatif, kritis, dan cerdas. Ditambah lagi kemampuan mereka dalam menyikapi perkembangan teknologi juga turut menjadi nilai tambah keberadaannya.

Namun di balik keindahannya, ternyata Generasi Stroberi juga dianggap sebagai generasi pemalas. Hal tersebut karena biasanya mereka menginginkan kesuksesan, tapi juga ingin santai. Atau bahkan instan. Kalo bisa pakai jalan pintas untuk meraih kesuksesan, kenapa harus bersusah payah meniti jalan terjal dan proses yang panjang. Gitu prinsipnya.

Padahal, kalo bicara kesukesan tak ada yang dibayar tunai. Kebanyakan dicicil dengan daya juang yang tinggi. Kalo tiba-tiba sukses, itu mah door prize. Feel before afternya gak dapat. Cuman endingnya aja nyampe. Rasanya hambar. Padahal justru sebuah keberhasilan itu akan sangat bernilai dan mulia ketika dicapai secara alami selangkah demi selangkah. Legit rasanya.

Generasi Stroberi juga identik dengan kegiatan favoritnya yang gak boleh diganggu gugat, “healing” atau “refreshing”. Belon apa-apa, kalo ada masalah bawaannya pengen menenangkan diri dulu dengan ber-healing ria. Masalahnya ditinggal tanpa berusaha untuk diselesaikan. Giliran healingnya sudah kelar, makin panik karena masalahnya bukannya hilang atau berkurang malah tambah banyak dan besar.

Generasi stroberi juga terkenal si paling royal dalam urusan “self reward” alias penghargaan untuk dirinya. Alih-alih membeli sesuatu sesuai kebutuhan dan ingin mengapresiasi diri, self reward justru membuat generasi stroberi menjadi boros dan konsumtif. Boncos!

*#

Remaja Muslim Anti Rapuh

Teman Surga, sebagai manusia kita nggak bisa lepas dari yang namanya masalah. Di mana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun. Biar nggak ketularan perilaku Generasi Stroberi yang doyan lari dari masalah, kita mesti pandai menghadapi masalah. Rumusnya, “kalo salah dalam memandang masalah (ujian), maka salah mengambil sikap”. Yes, karena itulah kita kudu tahu gimana cara ngadepin masalah/ujian dalam hidup kita.

Pertama, masalah merupakan bentuk kasih sayang Allah swt yang berupa ujian dan peringatan.

Kedua, masalah merupakan cara Allah swt untuk meningkatkan derajat dan status kita sebagai hamba.

Ketiga, Allah swt memberikan masalah sesuai dengan kadar kemampuan kita. Allah swt Maha Adil yang tidak akan membebani hambaNya di luar batasnya. Cara pandang seperti ini akan membuat kita selalu optimis dalam menjalani hidup dan menghadapi masalah. Ketika kita telah yakin, maka kita tinggal mencari jalan keluarnya.

Keempat, setiap masalah pasti ada solusinya. Di mana ada kesulitan di situ pasti ada kemudahan, sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-Insyirah: 6, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Kelima, coba renungkan hadits Rasulullah saw berikut ini: “Perhatikanlah orang yang lebih rendah keadaannya dari pada kalian, dan jangan perhatikan orang yang lebih sukses dibandingkan kalian. Karena ini cara paling efektif, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah bagi kalian.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah)

Jadi, Generasi Stroberi yang dikenal rapuh saat hadapi tekanan hidup bukan karena banyak atau beratnya masalah yang mereka hadapi. Tapi mungkin belum tahu sikap terbaik untuk mengatasi setiap masalahnya. Beruntungnya kita sebagai generasi muda muslim, ajaran Islam yang kita kaji secara rutin membuat kita tetap enjoy ketika diuji dengan masalah. Untuk itu, jangan sampai absen ngajinya. Gass poll! Karena kita remaja muslim yang tangguh anti rapuh. Generasi Stroberi, no way!